Hematology Oncology Day 40 : it's just too much


.

'Jadi dokter itu gak gampang, Dek. Kita kuliah capek2 dengan idealisme menolong orang (dan memperbaiki nasib), melototin preparat mayat dan organ yang basah dengan formalin sampe mata perih dan hidung ingusan trus kehilangan nafsu makan, ngafalin buku2 tebel dan harus up to date dengan informasi terbaru, kritis terhadap informasi dan iklan-iklan, basa-basi dengan pasien sambil berpikir sakit apa yang sebenarnya dialami pasien. Kita bukan manusia super, itu jelas. Tapi kita berusaha setengah mati untuk bekerja sebaik mungkin, dan adek2 bisa lihat apa yang terjadi di negara kita saat ini sebagai sebuah ironi. Kantor-kantor pengacara berdiri di sekitar rumah sakit, pengacara2 dengan tampang kelaparan akan kasus berkeliaran di IGD, kita dituduh mata duitan, tuduhan2 malpraktek tanpa dasar, bahkan mungkin yang nuntut aja gak ngerti apa itu malpraktek. Blum lagi tuntutan ganti rugi yang gak masuk akal. Salah sekali aja dan kita langsung habis, beda dengan kerjaan lain. Kalo mau pindah, lebih baik skarang, sebelum kalian masuk klinik dan semuanya terlambat.'


Ini gara2 kasus Prita itu. Gara2 e-mail bodoh yang ditulis tanpa pemikiran dan orang2 bodoh yang komentar juga tanpa mikir (entah mereka make otaknya buat mikir waktu nulis komen itu atau enggak). Masih banyak curhat lain, sebenarnya. Soal mata duitan, soal undang2 malpraktek, soal undang2 kurikulum, dan soal-soal lainnya. Kalo katanya Itoshiki Nozomu, "it's enough to leave me in despair"

oh damn. What was I learning for? I don't think I have enough resolve in me to continue.

Di antara kami mahasiswa FK, there's this internal joke about what to do and what not if a doctor gets a lawyer as a patient.

Mungkin karena media dan didikan, we hate lawyers (almost) to the core.

of course, me too.

anyway, if I keep ranting about it, I believe it'll be too much that it can be made into a book. duh.