Majalengka Day 333 : いただきます!!


.

ada mahluk internship yang seharusnya tinggal di Cideres sesuai dengan wilayah kerja internshipnya, tapi saat ini dia tinggal di Majalengka, tepat di baris rumah kost saya dan di seberang rumah kost beberapa mahluk internship Majalengka lainnya.

Alasan kepindahan? karena satu dan lain hal.

Namanya?

ikan pesut!


Katanya nama pesut tersebut karena posisi tidurnya yang sering tengkurap. Padahal menurut saya dia lebih mirip beruang kutub... tinggi besar dan putih. Tapi karena sekarang kulitnya lebih gelap, mungkin beruang madu lebih sesuai. 

Teman saya yang satu ini sudah saya kenal sejak tingkat 4 kuliah, kebetulan dulu saya sekelompok dengan beberapa anak kelas internasional yang sebenarnya 1 tahun senior saya. Kami terpisah saat tingkat 5 karena saya pindah kelompok, dan bertemu beberapa kali saat masa internship sekarang ini. Beberapa kali, karena jarak dari Cideres ke Majalengka cukup jauh, dan teman-teman mainnya rata2 berada di Cirebon.

Setelah pindah ke Majalengka, kami jadi lebih sering bertemu, masak bersama, makan bersama, menjadi parasit bersama, main game bersama, mengerjakan tugas bersama, tidur bersama, dan menjelek2an orang bersama. Semuanya jadi jauh lebih menyenangkan karena dia tipe yang senang beraktivitas di luar dan banyak inisiatif, tidak seperti Majician yang lebih senang mengurung diri di kamar dengan mata terpaku ke layar (termasuk saya).

Hobinya? tentu saja makan. Selain masak, dia juga senang pergi keluar kost untuk mencari makanan. Tempat jajan favoritnya di Cirebon. Dan karena dia juga akhirnya saya tahu benda yang disebut mie koclok.

 mie koclok, nama yang janggal...

Mie koclok yang satu ini dijual dengan menggunakan gerobak di depan kios yang hanya berisi 2 bangku panjang dengan kapasitas 6 orang. Namun tempat ini sangat ramai, bahkan seorang wartawan pernah memuat tempat ini di korannya di bagian wisata kuliner. Untuk mienya sendiri cukup kenyal, kuahnya dibuat sendiri oleh si ibu yang sudah bertahun-tahun bekerja di tempat itu. Usaha keluarga. Potongan ayamnya tidak pelit, dan kuahnya sangat gurih dan kental. Rasanya pas, tidak terlalu asin, hangat, dan sangat cocok di makan di sore hari yang mendung saat itu. Harganya juga murah, sekitar 8 ribu rupiah. Dan saat itu kami sedang ditraktir

Alasan ditraktir? karena satu dan lain hal.

Setelah 1 piring mie koclok, 1 gelas susu murni dari toko yang berbeda, dan 2 gelas teh hangat, si pesut masih belum kenyang. Jadi kami langsung pindah ke sebuah kedai tepat di sebelah kios mi koclok. Namanya Kedai Nongkrong. Suasananya mirip kafe dengan dinding dan lantai dari kayu disertai pajangan gambar2 yang bisa didapat dari internet. Menunya berupa makanan indonesia dan makanan barat. Ada beberapa pilihan menunya yang bisa dikatakan agak lain. Teman saya memesan lumpia durian, beefburger, serta beberapa gelas es teh dan makanan untuk take-out sebagai bekal persiapan jaga malam hari itu. Ada lagi menu lain yang menarik perhatian saya hari itu.

 seandainya yang jadi model landak jawa...
 
Bakpao landak yang satu ini cukup menarik, disajikan hangat dengan isi kuning telur dan susu, rasanya agak manis, tapi tentunya tidak sesuai dengan lumpia durian yang sudah dipesan sebelumnya...

Banyak makanan menarik selain franchised food di Cirebon, beruntung sekali punya teman seperti si Pesut yang sudah hafal dengan kota Cirebon. 


Pernah dengar cerita soal Papa Jerman? mungkin kapan2, kalau kami mampir lagi.